Tasikmalaya, MNP – Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka data mengenai subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yakni Pertalite dan Solar.
Ternyata negara harus menyubsidi lebih dari setengah nilai jualnya untuk solar dan hampir setengah dari nilai jualnya untuk Pertalite.
Harga keekonomian Pertalite saat ini adalah Rp 14.450/liter, sementara harga jual ecer saat ini Rp 7.650/liter. Artinya ada selisih harga sebesar Rp 6.800/liter atau subsidi APBN sebesar 47,1%.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, untuk solar harga seharusnya adalah Rp 13.950/liter, sedangkan harga jualnya Rp 5.150/liter, artinya ada selisih harga Rp 8.800 atau subsidi sebesar 63,1%.
Adapun total subsidi + kompensasi berdasarkan Perpres 98/2022 nilainya mencapai Rp 502,4 triliun. Nilai ini 3x lipat lebih dari subsidi + kompensasi berdasarkan APBN 2022 awal yang nilainya ‘hanya’ Rp 152,5 triliun.
“Konsekuensinya anggaran subsidi dan kompensasi telah dinaikkan 3 kali lipat dari sebelumnya menjadi Rp502,4 T melalui Perpres 98/2022, dengan harapan agar daya beli masyarakat dapat dijaga serta trend pemulihan ekonomi tetap berlanjut dan semakin menguat,” tulis Sri Mulyani melalui akun instagramnya, @smindrawati.
Meski sudah ada kenaikan, namun ternyata subsidi tersebut masih kurang. Jika harga BBM & LPG tidak naik atau subsidi tidak dikurangi nilainya mencapai Rp 698 triliun, atau kurang Rp 195,6 triliun dari perkiraan awal.
Hal ini terjadi karena meningkatnya konsumsi BBM dari perkiraan awak. Semula, pemerintah mengalokasikan subsidi Pertalite sebesar 23,05 juta kl. Namun ternyata diperkirakan meningkat jadi 29,07 juta kl. Sedangkan solar dari 15,1 juta kl menjadi 17,44 juta kl.
“Sejalan aktivitas ekonomi yang makin pulih dan mobilitas yang meningkat, kuota volume BBM bersubsidi yang dianggarkan dalam APBN 2022 diperkirakan akan habis pada Oktober 2022,” tulis Sri Mulyani.
Menanggapi itu, Sultan patrakusuma VIII menyebut, polemik harga BBM kuncinya dari Pertamina yaitu:
1. Beli crude oil anggarannya berapa.
2. Ada heavy dan light crude oil.
3. Refining Cost untuk heavy / light crude oil.
4. Setelah olah crude oil ada side product, asphalt, parafin etc.
5. Harga minyak dari Platts Eropa atau Singapore.
6. Ada sebagian crude oil refined di artinya Pertamina bayar refining cost.
7. Pembelian ada spot deal ada juga contract.
8. Contract ada Evergreen Clause arti nya harga sesuai dgn pasaran minyak diluar kalau harga naik ya naik kalau turun harga juga turun.
8. Management Pertamina paham ada pakarnya untuk mereka seperti sarapan pagi. Forecasting analisa pasar crude oil di dunia.
9. Negara produsen minyak seperti di Timur Tengah apa harga bbm naik apa naik apa tidak? Berapa barrel Pertamina produksi 1 hari? Alasan ada Production Sharing Contract dgn perusahaan minyak dari luar negeri.
Sultan Patrakusuma VIII menduga ada permainan antara Pertamina dan Pemerintah? Tapi belum bisa dibuktikan, ini harus diaudit oleh BPK. Tetapi saya duga sama juga bisa saja oknum sudah bermain.
Maka disini perlunya Wartawan, LSM, Ormas bersatu membuka permasalahan kepublik agar terang benderang, karena jelas ketika BBM harga berpindah ke angka yang disampaikan ibu Sri Mulyani tentu ini akan membuat penderitaan Rakyat (AMPERA).
Amanat penderitaan rakyat yang dimandatkan bung Karno presiden pertama, untuk dilindungi sudah tidak lagi dilakukan oleh pemerintah justru cenderung membiarkan rakyat menderita.
Demikian tulisan dan komentar saya atas pernyataan ibu Sri Mulyani melalui yang diberitakan JAKARTA, CNBC
Pasirkolotok, 29 Agustus 2022
Selaco International Federation
ROHIDIN SH.PK.VIII
trust guarante phoenix ina 18- 1945.lady Ofross Sultan patrakusuma.pt
Penulis: Sultan Patrakusuma VIII.