“Dengan Rehabilitasi Akhlaq, Adab, Moral Serta Etika Bangsa Indonesia”
Bogor, MNP – Beragam kemelut dinamika kehidupan yang rumit, serta mendalam dan tidak segera berkesudahan, di sepanjang perjalanan hidup seseorang, terkadang dapat meningkat menjadi polemik dan konflik antar kelompok.
Polemik itu sendiri bisa diawali oleh hal sepele, yang tak pernah jadi perhatian dari banyak pihak, baik dari warga masyarakat (rakyat) biasa, terlebih pihak berwenang pemerintah Kita, yang nampak semakin tidak proaktif pada kondisi Sosial Ekonomi warga masyarakatnya secara umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu masih terus terjadi diberbagai entitas kehidupan, dan makin sulit terentaskan dalam kesenjangan kondisi, terutama kesenjangan taraf Sosial-Ekonomi yang makin menajam.
Sedangkan fakta semakin rendahnya tingkat Kepedulian Sosial di tengah masyarakat Kita saat ini, tak bisa dipungkiri kian menjadi dari hari ke hari di setiap lini kehidupan, tampak semakin memburuk kondisinya. Sulit nya upaya merubah kondisi tersebut mungkin bisa terus terjadi, jika tak ada gerakan serentak berskala Nasional.
Dalam narasi pembukaan di atas, penulis hanya sekedar mengungkap realita dalam dinamika kehidupan sehari – hari, yang disaksikan serta dirasakan secara langsung di berbagai tempat/wilayah yang disambangi, terkadang sengaja ditelusuri hingga ke pelosok-pelosok sekitarnya.
Hal itu telah dilakukan serta dijalani dalam proses cukup lama, memanfaatkan waktu dan momentum yang ada di saat menjalankan rutinitas jurnalistik, dari yang dilihat, didengar dan dirasakan, di setiap tempat yang pernah disinggahi.
Kian tingginya kesenjangan Sosial-Ekonomi tersebut tak pelak dirasakan dan dialami semua masyarakat, hampir secara bersamaan di setiap wilayah, terutama oleh para penyandang kategori rakyat prasejahtera, atau kalangan rakyat menengah ke bawah.
Yang sampai saat ini relatif masih terkendalikan gejolak dampak negatifnya, dengan pemberian berbagai bansos berstandar pemenuhan hak kebutuhan hidup sederhana_ sehari-hari, dari pemerintah.
Itu pun masih jauh dari kata efektif apalagi merata serta berkeadilan, malah terkesan tebang pilih hingga memicu Cemburu Sosial Warga yang Setaraf yang tak mendapat bagian, padahal mereka pun benar-benar membutuhkan.
Dan itu tak pernah disadari letak kesalahannya berawal dari pendataan pemerintah di tingkat bawah (perangkat desa atau kelurahan) dalam proses pendataannya yang tidak fleksibel dan obyektif, efek SOP yang diberlakukan secara KAKU dari acuannya yang By Name By Address, sesuai kebijakan pemerintah di atasnya.
Sebagai contoh, begitu banyak warga tinggal dikontrakan dan taraf hidupnya di bawah standar layak, bahkan paspasan pun tidak, tapi tidak pernah mendapat bagian realisasi bantuan itu dari pemerintah setempat.
Sedangkan, yang tinggalnya sudah di rumah pribadi, dan lebih memiliki kemampuan finansial untuk membeli apa pun yang diinginkannya, termasuk mampu membeli kendaraan pribadi, terlepas secara tunai maupun kredit, malahan rutin mendapatkan berbagai bantuan sosialnya, dari pemerintah setempat. Itu contoh nyata tak efektifnya program bantuan sosial yang dimaksudkan penulis.
Dan yang selama ini terjadi berkaitan tidak efektifnya bansos tersebut, seringkali memicu cemburu sosial itu adalah realita yang tak bisa dipungkiri. Masih mending jika tidak dimanfaatkan oleh oknum yang gemar perkaya diri, yang tidak segan ngutip jatah bagian para penerima manfaatnya.
Yang mana itu masih kerap terjadi, menjadi hal-hal yang dianggap wajar dan biasa oleh sang oknum, terutama di wilayah-wilayah yang jauh dari pengawasan pihak berwenangnya.
Wajar dan biasa yang buruk, yang akhirnya mendarah daging sehingga menjadi dianggap baik dengan pembenaran di lingkaran para pelakunya.
Dari uraian diatas, semakin nyata adanya kesenjangan Sosial-Ekonomi, tidak terjadi begitu saja kondisinya, tapi tak bisa juga secara frontal dikatakan ada yang sengaja menciptakannya.
Dari sanalah penulis beranggapan itu disebabkan telah lunturnya Idealisme Kebangsaan di tengah masyarakat Kita kini dan entah sampai kapan. Lalu idealisme yang mana ? Yaitu, idealisme kehidupan berMasyarakat, berBangsa dan berNegara Kita sebagai satu kesatuan yang utuh.
Itu sudah sangat pudar dan tak lagi dipandang penting oleh sebagian besar masyarakat Kita termasuk oleh birokrasi pemerintahan berkuasa Kita saat ini.
Hal itulah yang harus selalu Kita sadari bersama, bahwa itu potensial memicu gerak Disintegrasi, bahkan sangat mungkin Desoliditas Sosial, hingga di kalangan terkecil ditengah warga masyarakat Kita.
Karena satu sinergitas yang telah terbangun kokoh antar Individu hingga Sosial sejak lama di masyarakat, kini jadi luntur dan terpuruk konstruksi bangunannya.
Di dalam *konteks sinergitas/Interaksi Sosial kehidupan : berMasyarakat, berBangsa serta berNegara* yang kini berpotensi terjadi disoliditas dalam sinergitas/interaksi sosial kehidupan Kita.
Hal itu pula, yang dahulunya pernah terwujud amat nyata di Indonesia. Yang sekarang sangat kentara keropos dan rapuh konstruksinya, semuanya itu terjadi, diduga akibat terdegradasinya Akhlaq dan Moral, serta Etika dan Adab. Yang memicu jadi lemahnya Mental Spiritual komponen kehidupan Masyarakat Kita secara universal.
Oleh kuat nya pengaruh dari dampak buruk peradaban di segala aspek kehidupan, yang kini dinilai banyak pihak “mulai memper-Tuhan-kan duniawi terutama Uang serta canggih nya teknologi informasi yang berada di masa muta akhir.”
Karena pondasi konstruksi bangunan sinergitasnya itu, tidak konstruktive didukung dengan material penguatan, yakni lapisan mortar hingga cat pewarna, juga pelapisan anti rembes atau anti bocor, untuk menguatkan dinding konstruksi, serta mengawet kan bangunannya.
Material dimaksud adalah Soliditas atau Kekompakan, tentunya soliditas yang baik disertai tujuan bersama yang baik pula, dengan pengelolaan soliditas yang benar dan bertujuan benar.
Melalui Revolusi Idealisme, disertai Rehabilitasi Akhlaq, Adab, Moral dan Etika Kita sebagai komponen Bangsa ini. Yang tentunya masih sama-sama menginginkan keutuhan integrasi persatuan dan kesatuan Bangsa Kita ini.
Bukan solid dengan metode yang buruk dan salah, serta tujuan buruk dan salah juga. Meskipun di kenyataannya kini sudah seburuk itu, suatu soliditas dengan cara yang salah dan buruk, diikuti serta didukung oleh banyak orang di Negeri Kita kini.
Karena diButakan dan diTulikannya mereka, dengan iming-iming beragam materi duniawi, terutama UANG yang sudah didewa-dewakan, bahkan di per-Tuhan-kan, namun tidak pernah disadarinya, bahwa uang sedang memperbudak dirinya setiap saat.
Sebuah keniscayaan faham atau idealisme, warisan dari para Leluhur Bangsa dahulu telah ternilai serta seringkali terbuktikan, berguna hingga berdampak baik bagi segala sendi kehidupan mereka, di zamannya hingga beberapa generasi di era penerusnya, setidaknya garis keturunannya.
Semuanya itu bertahan karena masih ditularkannya idealisme senada, di prinsip prinsip dan filsafat hidup ke generasi penerusnya atau di garis keturunannya, secara turun temurun menularkan nilai-nilai kebaikan dan nilai kebenaran untuk kehidupan generasi penerusnya kelak.
Namun demikian, terkesan menjadi tak lagi senada dan tak relevan ketika semua itu Kita coba terapkan di dalam Koridor Dinamika Interaksi Sosial Peradaban Kekinian, di penghujung zaman yang hakikatnya titik reuni zaman Jahiliyah terdahulu, dengan Jahiliyah muta akhir/zaman now alias kekinian tersebut.
Dimana makin menguatnya persepsi Halusinasi Akhir Zaman pada sebagian pola fikir kelompok tertentu, yang menganggap kehidupan tak nyata bahkan dianggap halu sinasi dan imaginasi belaka, tentang adanya kehidupan kedua yang Baqa atau abadi di Akhirat nanti.
Persepsi itu pun mereka hembuskan tak serampangan, itu dilengkapi serta didukung banyak dalil pembenaran, versi mereka.
Berangkat dari kekhawatiran tersebut, penulis mengajak setiap pembaca setia MNP, untuk berjuang bersama di jalan serta profesi masing – masing, untuk membangun kembali serta mau menjaga Soliditas di dalam Kebaikan dan Kebenaran yang hakiki, agar tidak dikalahkan oleh *Sinergitas serta Soliditas dalam jalan Keburukan dan jalan Ketidak Benaran.*
Demikian ajakan positif dari penulis bagi para pembaca setia MNPOTRET di seluruh Indonesia. Semoga berguna bagi Kita semua… Salam Perubahan
Penulis : Asep Didi
Editor : Redi Setiawan