1. Kebijakan luar negeri Indonesia bebas dan aktif. Harus dipahami dulu
a. Definisi Bebas ?
b. Definisi Aktif ?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
2. AS minta jangan undang Russia pertemuan G20 di Bali.
Indonesia dalam Context sebagai Ketua G20 bisa terima atau tolak permitaan itu. Tetapi punya hak veto dalam context hubungan luar negeri dasar Bilateral dan Multi-lateral sudah hubungan antara negara. Kalau G20 Forum mendasar dari hubungan tersebut diatas. Umumnya Amerika suruh Indonesia putus hubungan dengan Russia dan Kalau tolak bisa kena sanksi jebakan AS.
3. Untuk tidak memilih sama juga memilih kalau tidak ada sikap.
4. Kalau diancam dalam bahasa diplomacy, we request your consideration not to invite Russia to participate on the coming meeting of G20 atau we like to emphasize not to invite Russia to attend the G20 considering.
Itu kembali kepada petinggi kebijakan Indonesia yaitu presiden dan disini peran penting /embantu presiden terutama intel intel/BIN yang bertanggung jawab atas situasi yang akan terjadi diperlukan langkah antisipasi.
Contoh :
Tragedi penyadapan yang dilakukan Negara Australia itu bisa diketagorikan proses provokasi/sabotase, sejauhmana daya pertahanan saiber/sistem satelit pengamanan presiden.
Menurut pandangan Saya, itu sudah terjadi sejak masa presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan tindakan konter reprensif yang dilakukan pemerintah Indonesia sangat baik dan tegas.
Tetapi perlu dievaluasi, kalau dalam persyaratan perang itu baru tahap satu jadi belum bisa dikatagorikan tantangan perang. Artinya, disini justru Indonesia harus berterimakasih kepihak Australia.
Sisi positifnya, Australia menunjukan dan memberitahu bahwa sesungguhnya Intel yang dimiliki Indonesia itu sangat lemah, apalagi peralatan Siber yang dimiliki artinya dengan tragedi itu Indonesia harus evaluasi.
1. Memperbaiki Intel intel yang dimiliki, dari semua institusi terutama bidang pertahanan seperti BIN BAIS dan lain lain, juga Siber yang dimiliki TNI POLRI. Karena kehancuran negara dan kelemahan tergantung dikekuatan Intelijennya, yang lain itu pelaksana berdasarkan laporan data dari semua intel.
Kalau merasa perlengkapan intel intel sudah baik dan sudah canggih, artinya ada pengkhinat ditubuh intelijen itu sendiri. Jadi harus berterimakasih dengan adanya bukti bahwa Australia bisa menyadap itu, harus dijadikan cambuk untuk meng evaluasi semua intel dan semua peralatan yang dimiliki Indonesia, karena pada intinya kalau salah menentukan kebijakan akibatnya akan fatal.
Tidak cukup bintang dipundak dianggap mampuh, faktanya saat ini banyak pemilik bintang dan melati baikpun kebawahnya bintara dan tantama tidak memiliki pengalaman perang yang bisa dijadikan dasar.
Banyak yang memiliki bintang itu hanya berdasarkan situasi politik saja. Mungkin yang memiliki pengalaman tempur sejati hanya beberapa orang saja diantaranya Prabowo Subianto, Luhut Binsar Panjaitan, Hendropriono, mereka jelas memiliki pengalaman perang dari mulai perang isu informasi intelijen sampai medan tempur lapangan.
Maka ketika saat ini ada kebocoran dan penyadapan dilakukan Australia ini bisa dijadikan pertimbangan. Apakah Indonesia berani melakukan operasi khusus seperti Rusia ke Ukraina atau hanya perang mulut saja omong doang dan mungkin selamanya Australia akan mengangkangi kita.
Pengalaman perang itu sangat diperlukan untuk suatu negara juga pengalaman prajurit kita untuk membangun jiwa raga sejati.
Contoh Tentara Amerikaa, mereka terus membuat prajuritnya dipacu di medan perang hingga tiap prajurit AS memiliki pengalaman. Beda dengan Indonesia, pengalamannya hanya dari latihan, paling sebagian saja seperti yang dutugaskan di kontingen GARUDA/UNIFIL.
Pikirkan Semua masalah ada hikmah yang bisa dijadikan dasar kekuatan. Beranikah presiden Jokowi ambil tindakan militer terhadap Australia.
Demikian.