Tasikmalaya, MNP – Para aktivis yang terdiri dari OKP dan Ormas kecamatan Bungusari kota Tasikmalaya gelar acara Ngotok (ngobrol bareng tokoh) yang berlangsung di Galery Rangon, jalan raya Mangin Kel/kec Bungusari kota Tasikmalaya.
Ngotok dihadiri oleh Asep Devo Bacaleg partai PDI-Perjuangan untuk dapil l, Ormas Pemuda Pancasila PAC Bungursari, Ustadz Asep, Ustadz Arif dan Ustadz Ridwan. Acara ini, digelar santai sambil ngopi bareng untuk membahas kecamatan Bungusari yang lebih baik.
Dalam kesempatan, sebagai moderator ustadz Roby Ridwan, dengan pemateri oleh Arif Rifandi, Buntani Miftah, Darul Khutni, Asep Ilyas dan Asep Devo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam kegiatan itu terungkap, mewabahnya galian C di kecamatan Bungursari yang membuat kerusakan lingkungan hidup dan infrastruktur jalan. Selain persoalan Galian C, ngobrol bareng ini juga membahas pajak pendapatan.
Robi Ridwan salah satu dari peserta Ngotok menyebutkan, Galian C ini dilematis dengan memandang perspektif berbeda.
“Jadi nanti karang taruna mendata dan berkolaborasi dengan RT/RW memberi masukan atau secara mandiri mengambil langkah (ulah jiga anu lumpuh kudu didorong ku kelurahan),” ungkapnya, Jumat malam (28/10/2022).
“Karang taruna berjiwa muda, untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang bisa mengaplikasikan judulnya Ngotok kudu aya hasil ulah jadi kotokeun,” jelas Robi Ridwan.
Senada dikatakan peserta lain Bubun, mengenai galian C, sudah ia perjuangankan dari 2011, bagaimana caranya gunung itu tidak digali.
Bubun mengaku, sudah mengajukan tahun 2012 sampai 2013 ke walikota, namun ketika itu lurah dan camat tidak bisa apa-apa, karena yang mengambil kebijakan waktu itu walikota.
“Intinya, bagaimana gunung di Bungusari jangan sampai habis, gunung merupakan sumber air, kalau semua dihabiskan bagaimana nasib anak cucu kita mendapatkan air bersih kalau sumbernya habis,” tegas Bubun.
Sebab kata dia, Gunung yang ada memang sekarang masih mengeluarkan mata air, tapi jangan sampai, nasib anak cucu nanti, bukannya mengeluarkan mata air tetapi akan mengeluarkan Air mata,” jadi kita jaga Bungursari kita demi kemajuan semua,” pinta Bubun.
Terpisah, ustadz Arif menyebutkan, diskusi ini sangat menarik yang pertama bagaimana cara merawat kampung yang diawali dengan bahas lingkungan dan yang kedua berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia.
Menurutnya, Bungusari sekarang sudah memasuki usia ke 44 tahun, kalau dihitung dari kelahiran tahun 1979 , Bungusari merupakan pemekaran dari Sukarindik.
“Kalau dilihat Bungursari sangat memiliki potensi terutama di pembangunan lingkungan, dengan jumlah penduduk kelurahan Bungusari sekitar 5000 lebih, ayo kita menjaga lingkungan dan sumber daya air bersama,” ajak Arif.
Selain itu, pihak kecamatan dan kelurahan harus mensupport karang taruna dan komunitas muda dalam segi anggaran.
“Kembali ke permasalahan lingkungan, saya dirinya berpesan agar reklamasi ditangani oleh masyarakat Bungusari , jangan sampai kita masyarakat kita menjadi penonton,” pungkas Arif. (Gobreg)