Tasikmalaya, MNP – HIV (Human iImmunodeficiency Virus), AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) atau yang dikenal dengan HIV AIDS selama ini menjadi momok menakutkan bagi semua kalangan.
Hal tersebut menjadi dasar bagi SMAN 7 Kota Tasikmalaya melalui RESIK (Remaja Siaga Kesehatan) yang merupakan salah satu ekstrakulikuler yang sudah dimulai dari tahun 2014 dengan menggelar Training Of Trainers (TOT).
Adapun tema kali ini yaitu “REMAJA SEHAT GENERASI BERMANFAAT” dengan mengundang para narasumber dari Dinas Kesehatan dan KPA (Komisi Penanggulangan) HIV AIDS Kota Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
RESIK sendiri merupakan salah satu ekstrakulikuler di SMAN 7 Kota Tasikmalaya yang bekerjasama dengan universitas Siliwangi Fakultas Kesehatan Masyarakat, begitu yang di sampaikan oleh Nabila sebagai pembina Resik kepada MNP.
Kata dia, Resik adalah salah satu ekstrakulikuler di sekolah ini yang setiap tahunnya mengadakan kegiatan Training Of Trainers, sebagai edukasi kepada para anggota Resik baik secara fisikis.
Menurut Nabila, remaja sekarang banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang akhirnya bisa HIV AIDS.
“Kebetulan Resik sendiri bekerja sama dengan Universitas Siliwangi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan dan KPA Komisi Penanggulangan HIV AIDS Kota Tasikmalaya,” ungkapnya.
Dadang narasumber Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengatakan, signifikansi kasus HIV AIDS di Kota Tasikmalaya cukup besar dan cukup peningkatannya.
“Tercatat kasus baru di bulan Juli 2022, terdapat 88 kasus baru dan sampai hari ini kasus HIV di kota Tasikmalaya mencapai 1000 orang,” ungkap Dadang.
Dari angka tersebut, lebih dari 300 orang sudah meninggal, sehingga masih ada sekitar 600 sampai dengan 700 orang. Untuk yang terkena HIV rata rata usia produktif.
“Tahun 2022 dari Januari sampai Juli kita mendapatkan lebih dari 38 orang sukses, dari usia 21 sampai dengan 30 tahun, adapun penularan dari kasus terbaru di dominasi dari LSL (laki laki sex Laki laki),” jelasnya.
Terapi Paliatif sampai saat sekarang untuk yang positif HIV masih berjalan, karena itu satu satunya cara untuk meminimalisir perkembangan virus bagi orang itu sendiri.
Dinas kesehatan pun masih terus terusan melaksanakan sosialisasi secara periodik setiap Minggu kepada kelompok kunci yang dianggap RISTI (RESIKO TINGGI) seperti LSL, Waria serta WTS tentang bahaya HIV AIDS.
“Ketika ditemukan ada yang positif HIV, kita lakukan konseling agar dia bisa mempertahankan dirinya dengan cara minum obat secara patuh,” ujar Dadang.
Sementara itu, untuk mereka yang negatif, diupayakan bagaimana caranya mereka tidak tertular serta disarankan untuk berhenti melakukan aktivitas itu.
“Adapun terpaksa tidak bisa berhenti maka kita sarankan untuk selalu menggunakan pengaman yaitu Alkon (Alat Kontrasepsi) Kondom, karena diyakini sama kami itu salah satu bisa mencegah penularan HIV tapi alangkah baiknya berhenti,” pungkasnya. (Lex)