Tasikmalaya, MNP – Dua kelas SDN Sinagar, Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya provinsi Jawa Barat ambruk pada tahun 2018. Sementara itu empat kelas lainnya terancam roboh.
Prihatin dengan kondisi tersebut, warga sekitar sekolah berinisiatif bangun ruang kelas pengganti untuk belajar siswa dengan kondisi sangat sederhana dan dibuat dari bilah-bilah bambu dan kayu.
Sementara, pada bagian atapnya menggunakan genteng merah. Meski belum rampung 100 persen, namun bangunan kelas tersebut sudah berdiri kokoh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rencananya, pada bagian dinding akan dipasang terpal. Targetnya pada Senin (10/10/2022) mendatang, ruang kelas tersebut sudah siap dan bisa dipakai jadi ruangan belajar siswa.
Wawan, salah satu orang tua siswa SDN Sinagar mengatakan, bangunan tersebut dibuat lantaran para orang tua khawatir bangunan sekolah ambruk saat kegiatan belajar mengajar. .
“Saya sedang bangun ruangan kelas buat belajar anak-anak SD, karena kalau ruangan sekolah ambruk seperti itu kami sebagai orang tua khawatir. Bisa dibayangkan ketika anak – anak sedang belajar bangunan ambruk bagaimana,” kata Wawan, Sabtu (8/10/2022).
Pembangunan ruangan sekolah sementara ini dananya berasal dari hasil swadaya orang tua murid dan masyarakat. Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian warga terhadap para siswa agar belajarnya nyaman.
“Seenggaknya kan kalau dibangunin bangunan sementara ini paling nggak para siswa bisa nyaman saat belajar. Saya sering melihat langsung karena rumahnya dekat dengan sekolah tersebut, ketika turun hujan para siswa berhamburan keluar dan dipulangkan,” terang Wawan.
“Lihat saja masa bangunan seperti itu dipakai terus untuk belajar, sudah lama kondisi bangunan seperti ini sejak 2018,” imbuhnya..
Pembangunan Ruang Kelas Sementara di SDN Sinagar Tasikmalaya Bentuk Simpati warga
Tedi Ruslan Kepala Desa Sindangasih menjelaskan, pembangunan ruang kelas sebagai bentuk simpati warga dan juga bentuk tanggung jawab Pemerintah Desa bersama orang tua murid. Pihaknya khawatir dengan kondisi sekolah SDN Sinagar yang saat ini terancam ambruk.
“Jadi dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai pintar tidak akan terjadi, karena tidak ada ketenangan dan ketentraman dalam masa proses belajar mengajar,” ungkapnya.
Lanjut Tedi, saat proses belajar mengajar dan turun hujan, bukan hanya orang tua murid yang sangat ketakutan, untuk memberangkatkan anak ke sekolah. Tapi para guru pengajar pun merasa risau merasa tidak aman untuk melakukan prose belajar mengajar.
“Dengan adanya hal itu, maka orang tua murid dan masyarakat mengadakan musyawarah di Kantor Desa, karena ini bukan inisiatif sekolah juga. Tetapi pemerintahan Desa bersama orang tua murid membangun kelas sementara dan baru berdiri 3 kelas,” katanya.
Menurutnya, apabila ada fasilitas lain, tentunya para siswa tidak akan belajar di ruang kelas yang nyaris ambruk.
“Namun kemarin ada dua kelas yang dipakai karena ada keterdesakan, sekali pun turun hujan tetap saja dievakuasi para siswa tersebut ke mushola dan tempat yang biasa digunakan untuk panggung kalau ada acara sekolah,” jelasnya.
Menurutnya, sebelumnya para siswa belajar bergantian. Hal itu membuat belajar tidak efektif. Sementara proposal perbaikan bangunan sekolah sendiri sudah diajukan guru melalui Dapodik.
“Harapannya pengajuan tersebut menjadi prioritas utama. SDN Sinagar dan SDN yang lain dengan kondisi yang sama itu mohon diperhatikan oleh dinas terkait dan instansi terkait, untuk mengambil kebijakan dan keputusan,” pungkasnya. (Yudi).