Opini, MNP – Berbagai Situasi politik dan kebijakan dipertontonkan saat ini membuktikan kegagalan pemerintah dalam kelola Negara dan membuktikan pemerintah menyengsarakan Rakyatnya
Dibawah ini saya mengutip informasi berita
FAJAR.CO.ID. JAKARTA – Aktivis kolaborasi warga Jakarta, Andi Sinulingga memberikan komentar terkait ekspor Minyak mentah ke negara tetangga Singapura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kabarnya, bahan baku BBM alias Minyak mentah kilang di Singapura, juga datang dari Indonesia dalam jumlah yang cukup signifikan.
Singapura dikenal sebagai importir Minyak mentah asal Indonesia. Seperti misalnya, pada Januari-September 2019, nilai ekspor Minyak mentah Indonesia ke Singapura adalah 546,71 juta dollar AS. Nilai ini mencapai 43,49 persen dari total ekspor Minyak mentah Indonesia.
Berdasarkan referensi diatas, disini saya akan sedikit mengomentari hal yang tidak masuk diakal.
Pemerintah mengatakan Subsidi Rp 502 Triliun, disisi lain pakar ekonomi menegaslan di TV One hanya Rp 11 Triliun untuk mensubsidi BBM. Entahlah mana yang benar, silahkan publik yang putuskan
Namun, yang tidak masuk akal, minyak dunia harga menurun, kenapa Indonesia malah naik harga, sementara Pertamina adalah perusahaan plat merah yang disubsidi.
Padahal, ada perusahaan swasta mampu menjual BBM sejenis pertalite hanya Rp 8900/ 1 liter. Tapi Pertalite yang katanya disubsidi malalah Ep10.000/liter.
Keanehan terkait harga BBM naik tapi masih harus gunakan aplikasi. Sedangkan satu kali akses biaya aplikasi itu Rp 1000 biaya admin. Contohnya, kalau seorang pemotor membeli pertalite 2 liter x 10.000, ditambah biaya aplikasi Rp 1000, total menjadi Rp 21000.
Ditambah dampak dari aturan aplikasi Rp1000, dampaknya lambat membuat antrian semakin panjang. Artinya ini sudah dagelan, sudah BBM harga dinaikan masih ditambah biaya aplikasi.
Dalam hal ini, saya meminta terhadap yang berwenang untuk evaluasi, kalaupun tetap anda naikin harga BBM buat apa masih ditambah aturan aplikasi.
Kalau memang ujungnya duit ngakalin dan menindas rakyat, sebaiknya aplikasi dihilangkan sekalian saja harga Pertalite dibuat menjadi Rp 10.500. Selesai masalah!!.
Jangan sudah sulit ditambah sulit, tega sekali kalian terhadap rakyat. Kemana BPK, KPK audit dong Pertamina, kalian diam saja. Uang hasil dari aplikasi itu larinya kemana? jangan jangan ngumpul di satu rekening untuk kepentingan politik.
Harus jelas bukan masalah nilai Rp 1000 nya, tapi hitung tiap jam yang akses aplikasi itu berapa puluh juta rakyat yang akses se-Indonesia dikali seribu rupiah.
Saya menduga bisa puluhan miliar rupiah/jam duit rakyat diambil dan tidak jelas, karena masuk kesatu aplikasi. Kemanakan itu dan buat apa buat siapa?
Mohon BPK baipun KPK dapat mengusut tuntas, kalau kalian benar masih menjadi institusi fungsi Negara. Kecuali kalau sudah berubah menjadi Fungsi garong negara !
Minyak mentah adalah komoditi strategic, sudah jelas dalam kategori Geo-Politik, Pertahanan Negara untuk tidak tergantung impor minyak atau self sufficient.
Singapore beli minyak dari Pertamina dengan harga pasar (Platt) atau barter sebagian di olah jadi product apa. Singapore negara procurement tidak ada sama sekali hasil bumi.
Kontrak penjualan, kontrak refining dengan Singapore refinery jumlah berapa barrel per day. Petralite sudah naik harga apa masih pakai aplikasi ? Sudah double standard.
Dugaan saya nantinya dipastikan PPKM diumumkan setelah harga BBM naik sampai tanggal 3 Oktober.
Demikian artikel ini untuk kajian kita Semua.
Selamat berpikir cerdas
Pasirkolotok
6 September 2022
ROHIDIN SH.PK.VIII
TRUST GUARANTE PHOENIX INA 18-1945 LADY OFROSSE SULTAN PATRAKUSUMA.PT