Opini Publik, MNP – Bersatu, Bangkit, dan Bergerak Maju. Kalimat ini bukan sekadar slogan, tetapi ruh yang mengalir dalam setiap nadi perjuangan pemuda Indonesia.
Sembilan puluh tujuh tahun silam, para pemuda dari berbagai penjuru nusantara berkumpul, meleburkan perbedaan suku, agama, dan bahasa, untuk mengikrarkan satu tekad luhur: bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu — Indonesia.
Kini, setelah hampir satu abad berlalu, semangat itu tidak boleh sekadar menjadi sejarah yang dibacakan di podium atau caption seremonial di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Justru di tengah tantangan zaman modern — ketika kita dihadapkan pada derasnya arus digitalisasi, polarisasi sosial, serta menipisnya nilai kemanusiaan — makna Sumpah Pemuda harus kita hidupkan kembali dalam konteks kekinian.
Sebagai mahasiswa dan kader PMII, kita menyadari bahwa perjuangan pemuda hari ini bukan lagi melawan penjajahan fisik, tetapi menghadapi bentuk penjajahan baru: penjajahan pikiran, disinformasi, kemalasan intelektual, dan ketidakpedulian terhadap problem bangsa.
Pemuda masa kini dituntut bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara moral, kritis secara intelektual, dan berkarakter dalam tindakan.
PMII hadir sebagai ruang belajar dan perjuangan untuk membentuk insan yang beriman, berilmu, dan berakhlak.
Di tengah gempuran globalisasi dan krisis nilai, kader PMII harus menjadi garda terdepan dalam menjaga akal sehat publik, memperjuangkan keadilan sosial, serta menebar nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Kita bukan hanya mahasiswa yang sibuk di ruang kelas, tetapi juga agen perubahan yang berani berbicara untuk kebenaran dan kemaslahatan.
Sumpah Pemuda mengajarkan kita bahwa persatuan adalah kekuatan. Namun persatuan bukan berarti keseragaman; ia adalah kesadaran untuk bergerak bersama di tengah perbedaan.
Di era yang penuh dengan sekat digital, perbedaan pandangan, bahkan ujaran kebencian, pemuda harus tampil sebagai jembatan — bukan pemecah.
Kita harus mampu menunjukkan bahwa dialog, kolaborasi, dan empati adalah senjata paling kuat untuk membangun bangsa.
Hari ini, di tangan kita lah nasib Indonesia ditentukan. Apakah kita akan menjadi penonton dari perubahan yang cepat, atau menjadi pelaku yang menciptakan arah baru bagi bangsa ini?
Sebagai generasi muda, mari kita jawab tantangan itu dengan kerja nyata: berkarya, berdampak, dan berintegritas.
Mari kita buktikan bahwa semangat Sumpah Pemuda tidak pudar dimakan waktu. Bahwa pemuda Indonesia hari ini tetap memiliki idealisme, keberanian, dan komitmen untuk membangun peradaban yang lebih adil dan berkeadaban.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025.
Dari kampus, dari PMII, dari ruang-ruang kecil perjuangan intelektual, kita kobarkan semangat untuk Indonesia yang lebih baik.
![]()






