Jeneponto, MNP – Sejarah Gallarang Parewa masih terkenang hingga saat ini di kalangan masyarakat, khususnya keluarga besar yang tak pernah sepi ziarah.
Biasanya, sanak keluarga datang mengunjungi makam saat momen usai dan sebelum pelaksanaan hari Raya idhul Fitri dan Idul Adha setiap tahunnya.
Hal tersebut dilakukan untuk mengenang lebih dekat sosok seorang pemimpin (Gallarang) masa lampau yang dianggap dan diakui terhadap khalayak masyarakat banyak dimasanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga kala itu beliau dilantik menjadi seorang Gallarang oleh sang Raja besar (Karaeng Lompoa Binamu) kabupaten Jeneponto dimasa itu.
Nampak makam Gallarang Parewa yang terletak di wilayah desa Baraya tepatnya Baddalengkon Barobbo yang dulunya wilayah tersebut meliputi desa Baraya Desa Kareloe desa Bulusibatang, Desa Batu Jala, Desa Bulusuka dan desa Tananmawang kecamatan Bontoramba kabupaten Jeneponto Sul-sel.
Sampai saat ini, sudah menjadi tradisi setiap tahun dikunjungi oleh keluarga besar Gallarang Parewa berziarah ke makam leluhur Gallarang, Parewa Daeng Sukku.
Salah seorang keluarga turunan dekat dan cucu Parewa Hasim dg Sikki kepada media ini mengatakan, keluarga besar Gallarang Parewa Daeng Sukku selalu kompak berziarah ke makam Datu leluhur Gallarang Parewa daeng Sukku.
Hasim dg Sikki menyebut, ini sudah menjadi tradisi datang berziarah dan berdoa kepada Allah SWT atas jasa dan kebaikan seorang pemimpin yang kharismatik dimasanya dan dilantik gallarang,yang dikenal arif, jujur dan bijaksana sekaligus penguasa di masanya.
“Semoga Allah dapat memberikan safaat disisinya diakhirat sesuai kebaikan yang dilakukannya,dimasa hidup,” harap kelurga besar Parewa, Rabu (10/04/2024).
Diketahui, keluarga besar turunan Gallarang Parewa yang berdomisili tetap dan tersebar di luar wilayah kabupaten Jeneponto mulai dari cucu dan sampai cicik -ciciknya.
Meski demikian, keluarga turunan Gallarang Parewa tidak pernah absen menyempatkan diri berziarah kemakam tersebut untuk mendoakan leluhur Gallarang Parewa daeng Sukku.
Kearifan lokal ini sudah menjadi tradisi atau kebiasaan saat awal dan akhir Bulan suci ramadhan dan waktu -waktu tertentu lainnya.
Penulis : Mahmud Sewang
Editor : Redi Setiawan